27 April 2009

Muka Memerah, Mari Tertawa.


Ahh. Melindungi hidupmu. Milikmu. Semua yang kau cintai, ingin kau rengkuh dalam lengan kecil itu? Kau coba biaskan antara kebaikan dan bijaksana, tapi itu tidak sejalan, bagaimanapun, kau harus mengorbankan salah satunya. Mari, mari duduk sini di hadapanku. Kisah lagi, tutur lagi cerita sendu. Mau kamu lihat cucur air mataku? Aku baca baris per baris. Aku telan lembar per lembar. Mengerti. Semua orang seharusnya mengerti. Sejauh mana kamu ingin semua yang kamu cintai tetap di rengkuhanmu. Sejauh mana kau tampung semua tetes-tetes peluhmu. Sejauh mana kemelekatanmu sebenarnya. Tak perlu disangkal. Itu manusiawi. Tak perlu disangkal. Tak perlu sedu melihatku pergi. Mengerti. Semua orang seharusnya mengerti. Bahwa semua yang tergores dalam lembar-lembar itu bisa tidak terjadi. Bahwa semua ide yang menari setelah habis kami membacanya, akan tetap tinggal sebagai ide. Tak perlu realisasi. Satu wacana muncul di muka: Tanggung jawab!

No comments:

Post a Comment