25 April 2009

Pengetuk Pintu


Ada orang yang selalu mengetuk pintuku. Awalnya bunyi itu mengganggu sekali. Bertalu-talu menyakitkan telinga.

Mengapa Sang Pengetuk tidak mau membiarkan aku di dalam bersama jaring laba-laba?

Berlalulah hari-hari dengan ketukan di pintuku.

Ah, mari buka saja. Sekedar mengintip siapa.

Tatap muka dengan Sang Pengetuk, kami tukar kisah bagaimana ombak telah arungi angkasa. Dalam kedip dalam hirup dalam satu putaran di kepala, Sang Pengetuk telah masuk dan membuat jaring laba-labaku menjadi merah.

Sang Pengetuk mau melihat matahari datang mencari bulan. Maka aku pun memikatnya dengan jaring laba-laba dan sedikit racun dari gigitan laba-laba merah kuharap dapat meluruhkan dia. Karena aku mau mengantar Sang Pengetuk menemui matahari dalam sunyi malam yang akan segera ditinggal mati bulan.

Kami pun menyurur setiap papan dimana semakin jauh kami menyeberang semakin payahlah kami.

Namun entahlah.

Mungkin jaring laba-laba tak cukup kuat menahannya.

Mungkin bisa laba-laba merah tak sanggup membiusnya sampai ke tulang.

Atau mungkin Sang Pengetuk merasa muak.

Sang Pengetuk menolak meniti lagi jembatan yang kupikir dia akan tersenyum sesampai di ujung sana.

Terkutuklah aku yang tak sempat melihat ular menari di lidah Sang Pengetuk, bisanya melampaui pengaruh gigitan laba-laba merah.

Waktuku habis, dayaku habis. Pekat pun makin melilit sadar.

Sang Pengetuk menangis.

Ia berbalik, meraung antara murka dan sedih. Matahari diinjak-injak tenggelam ke dasar kelam. Dia mau kini dan tak peduli lagi tentang matahari ataupun bulan.

Maka larilah Sang Pengetuk seraya merusak jaring laba-laba yang kuyu menggantung.

Ia keluar, pintu terbanting menutup, dan Sang Pengetuk telah menguncinya sempurna.

…………………………………… .


Walaupun pintuku terketuk lagi aku tak bisa membukanya lagi.

Bahkan pengetuk lain pun takkan bisa membuka lagi.

Terkunci. Ular telah memakan rakus jaring laba-labaku.



Ah.
Sudahlah.

Mari, mari jalin jaring baru.


Why so serious, anyway?


Jakarta, January 02nd 2008

No comments:

Post a Comment